Tuesday 26 May 2015

Penyakit TBC

A.    TBC Paru
1.      Pengertian TBC Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain.
Menurut Depkes (2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

2.      Penyebab TBC Paru
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab dari TB paru. kuman ini bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki konsentrasi tinggi seperti paru-paru. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tertidur lama) selama beberapa tahun.

3.      Tanda Gejala TBC Paru
Gejala utama penderita TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).[1]

4.      Penatalaksanaan TBC Paru
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH), rifampin (RIF) stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin, eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang di seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:
Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis garis depanpada individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.
Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH dan RIF. Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini setiap agens dibuat dalam pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in oneyang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap dilanjutkan selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3 minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien yang berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan dosis harian INH selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin (vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin dipantau setip bulan. Hasil pemeriksaan kultur sputum dipantau terhadap basil tahan asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.[2]

5.      Pengobatan TB Paru
Tujuan Pengobatan TB paru yaitu untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat, bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.[3]

6.      Diet untuk TBC Paru
a.      Protein berkualitas tinggi untuk memperbaiki jaringan yang rusak
1)      Protein terbaik dan mudah dicerna berasal dari putih telur dan susu. Sekitar 2 telur dan 3 gelas susu yang diperlukan dalam sehari.
2)      Sumber lain dari protein adalah ayam, ikan, daging, keju, kacang-kacangan dan biji-bijian, kacang-kacangan.
3)      Karena nafsu makan rendah dan gangguan lambung kemungkinan persiapan harus rendah rempah-rempah dan tidak digoreng. Oleh karena itu, pada awalnya, puding berdasarkan telur dan susu, selai kacang / chutney, ayam sup, keju / ayam sandwich dan ikan / daging roti adalah pilihan yang baik untuk memasukkan dalam diet.
4)      Sebagai nafsu makan meningkat, semua persiapan sayuran non reguler dapat dimakan. Ayam / ikan / daging juga mengandung jumlah yang baik dari besi yang akan memperbaiki anemia.
b.      Makanan yang kaya vitamin / antioksidan untuk meningkatkan kekebalan
1)      Menekankan pada buah / jus terutama jeruk, mangga, anggur, nanas, buah delima, leci, sitaphal dan sayuran terutama varietas kuning dan hijau.
2)      Vitamin C membantu dalam penyembuhan dan penyerapan zat besi, dan vitamin A dan E bertindak sebagai antioksidan kuat.
c.       Kalori yang cukup untuk mencegah kerusakan jaringan dan membantu penyembuhan
1)      Siapkan sereal dan biji-bijian yang biasanya digunakan, dengan cara apapun yang appetising kepada pasien.
2)      Karena pasien TB dapat makan hanya dalam jumlah kecil, apa pun yang dia / dia makan harus padat kalori.
3)      Kalori dapat ditingkatkan dengan menambahkan ghee sedikit atau mentega untuk bubur dan nasi, suplemen seperti Pastikan, Horlicks atau Proteinex ditambahkan ke dalam susu, atau bahkan satu sendok es krim ditambahkan ke dalam susu, mentega dan susu ditambahkan pada sup, dll.
4)      Jus buah memberikan lebih banyak kalori daripada buah-buahan.
5)      Sebuah multivitamin (baik air dan larut dalam lemak) tablet diminum setiap hari akan memastikan bahwa vitamin apapun yang hilang dari diet yang punya.[4]


[1]http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27940/Chapter%20II.pdf;jsessionid=5DD168EE7FFC83D902D0A495C1BFCBB2?sequence=4, di unduh tanggal 31 Maret 2015
[2] Imsyahrir, Asuhan Keperawatan Pada Klien Tbc Paru, 17/01/2013, https://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-paru, di unduh tanggal 31 Maret 2015
[3] Ibid, https://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-paru
[4] Acep Suherman, Makanan Untuk Penderita TBC, 14/02/2014, http://tbcparu.obatpenyakit.co.id/makanan-untuk-penderita-tbc, di unduh tanggal 31 Maret 2015

No comments:

Post a Comment