Saturday 6 December 2014

Retrun On Asset (ROA)

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Return on Assets (ROA)
merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham.Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Return On Equity (ROE) yang tinggi akan dapat mendorong penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Hal ini akan mempengaruhi minat para investor untuk melakukan transaksi jual beli saham, sehingga akan meningkatkan volume penjualan saham perusahaan tersebut. Dengan kata lain tingkat Return On Equity (ROE) akan memberikan pengaruh terhadap volume penjualan saham perusahaan. Dalam sini penulis akan membahas tentang Return on Total Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Rumusan Masalah Apa Return On Total Aseet (ROA) dan Return On Equity (ROE)? Bagaimana perbedaannya antara Return On Total Aseet (ROA) dan Return On Equity (ROE)? Tujuan Masalah Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Return On Total Aseet (ROA) dan Return On Equity (ROE) itu sendiri. Mempelajari tentang perbedaan antara Return On Total Aseet (ROA) dan Return On Equity (ROE).  

BAB II PEMBAHASAN
A. Return On Total Asset (ROA)

Pengertian dan perhitungan Return On Total Asset Menurut Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, return on total asset adalah Rasio ini mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba secara keseluruhan dengan cara membandingkan antar laba sebelum pajak dengan total asset. ROA juga menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan asset. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya.
Rasio ini dirumuskan dengan:

Return on Total Asset =(laba sebelum pajak)/(rata-rata aktiva produktif) ×100%

Menurut Dr. Sofyan Bashir, return on total asset adalah, rasio laba sebelum pajak 12 bulan terakhir terdapat rata-rata volume usaha (ROA) dalam periode yang sama ROA menggambarkan perputaran akhir yang diukur dari volume penjualan, ukuran atau rumus yang digunakan adalah: Rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.

Rasio ini dirumuskan dengan:

Return Non Asset =(laba sebelum pajak)/(total aktiva) ×100%
Return Non Asset =1.142.836/254.289.279 ×100%=0,45%

Keterangan: Cara perhitungan dilakukan sebagai berikut: Untuk rasio 0% atau negative diberi nilai kredit 0 dan Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0% nilai kredit ditambah dengan maksimum. ROA bank adalah sebesar 0,45 %, diketahui bahwa semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan asset sehingga dapat dilihat bahwa bank mampu menghasilkan laba sebesar 0,45 % dari total aktiva yang dimiliki.
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”.
Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total aktiva. ROA =(laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa)/(total Aktiva) Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. “Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan” (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65).
Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Bambang Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA atau ROI dalam penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Taxes / EAT) yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam persentase.
Menurut Gitman (2009:68) “ROA measures the overall effectiveness of management in generating profits with its available assets”. Sedangkan menurut Tambunan (2008:147) adalah suatu rasio untuk mengukur imbal-hasil perusahaan berdasarkan pendayagunaan total asset. Return on assets merupakan perbandingan antara laba bersih dengan rata-rata total aktifa yang dimiliki perusahaan (kieso, et.al., 2005:780). Return on assets (ROA) yang positive menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan, perusahaan mengalami kerugian. Sehingga jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi yang positif maka perusahaan tersebut berpetualang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri.
Tetapi sebaliknya, jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak menghasilkan laba menghasilkan laba maka akan menghambat pertumbuhan modal sendiri. ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva oleh perusahaan untuk beroperasi sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa, ROA adalah suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba berdasarkan pengguna aktiva perusahaan.
Menurut L. Thlan Hin, rasio ini menunjukkan seberapa jauh asset perusahaan digunakan secara efektif untuk menghasilkan laba.

Dengan rumus:
ROA =(Net Income Asset Tax)/Asset

Contoh: Diambil dari data laporan keuangan INDF bulan maret 2000 (dalam ribuan rupiah).
Net Income : 217.588.779 (3 bulan)
Total asset : 11.082.197.952

Untuk menghitung ROA, Net Income perlu disetahunkan terlebih dahulu dengan dikalikan 4.
Net income : 870.355.116 (disetahunkan)
ROA =870.355.116/11.082.197.952 × 100% = 7,85 %

Menurut Prof. Dr. I Wayan Sudirman, S.E., S.U, mengatakan seperti dalam rumus ROA dan BOPO, rentabhilitas bank dapat diketahui dari kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dikurangi pajak selama 12 bulan terakhir dengan rata-rata volume usaha (total asset) bank yang ada selama kurun waktu yang sama yaitu 12 bulan terakhir. Umumnya, perhitungan itu yang disebut ROA atau return on Asset dan disebut Biaya Operasional yang dikeluarkan dalam mewujudkan Pendapatan Operasional atau BOPO. Setiap bank berusaha meningkatkan laba atau keuntungan dengan menempuh cara, sebagai berikut: Meningkatkan pendapatan bank dengan cara meningkatkan jumlah aktiva produktif seperti kredit, penanaman dana dan penempatan dana dibanding dengan bentuk aktiva lainnya seperti rupa-rupa aktiva, aktifa tetap, dan inventaris.

Dengan tingginya aktiva produktif di balik aktiva lain yang non-produktif relatif rendah akan terbentuk paendapatan bank yang tinggi sehingga rentabhilitas menjadi tinggi atau sebaliknya. Pendapatan bank yang tinggi dengan biaya operasional yang rendah akan meningkatkan rentabhilitas atau sebaliknya. Meningkatkan kualitas aktiva produktif sehingga meningkatkan pendapatan bank yang akhirnya meningkatkan renthabilitas bank atau sebaliknya.

6 comments:

  1. mau tanya, ada tidak standar nilai yang ditetapkan untuk rasio ROA tsb? terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurut Kasmir (2012) standar industri ROA adalah 30%

      Delete
  2. Bagaimana jika ROA belum mampu untuk menghasilkan keuntungan relatif yang dibandingkan dengan nilai total asetnya?

    ReplyDelete
  3. Roe per bulan itu gimana perhitungan nya??
    Mohon bantuannya

    ReplyDelete
  4. Untuk menghitung rata-rata total aset itu bagaimana?

    ReplyDelete
  5. Kak mau tanya, cara menghitung roa kalau laba bersih nya bukan laba melainkan rugi?

    ReplyDelete