BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan
karakteristik yang cenderung berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting
untuk diperhatikan karena dengan mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan
mengikuti pembelajaran dapat memberikan informasi penting untuk guru dalam
pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata
pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran yang efektif dan
sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna.
Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik
awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima
siswa apa adanya dan unutk menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan
siswa tersebut. Dengan demikian, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik
awal siswa adalah bertujuan untuk menentukan apa yang harus diajarkan dan yang
tidak perlu diajarkan dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena itu,
kegiatan ini sama sekali bukan untuk menentukan pra syarat dalam menyeleksi
siswa sebelum mengikuti pebelajaran.
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel
dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek
atau kualitas individu siswa. Aspek-aspek berkaitan dapat berupa bakat, minat,
sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal
(hasil belajar) yang telah dimilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku Awal Peswerta Didik
Siapa kelompok sasaran, atau peseta didik kegiatan intruksional itu?
Istilah itu di gunakan untuk menanyakan dua hal tentang perilaku peserta didik:
pertama, menanyakan peserta didik yang mana atau peserta didik jejeng
pendidiksn apa. Kedua, menayakan sejauh mana kopetensi, kemampuan atau
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah di kuasai peserta didik
sehingga mereka dapat mengikuti pembelajaran tersebut.[1]
Pertanyaan di atas sangat
penting di jawab oleh pendidikan instruksional sehingga sejak permulaan
kegiatan instruksional telah dirancang dan di sesuaikandengan peserta didik
yang mengikutinya. Jawaban itu merupakan pula suatu batasan bagi peserta didik
yang bermaksud mengikuti pembelajaran tersebut dan bila belum mempunyai
perilaku awal tersebut, sebaiknya tidak mengikuti pembelajaran tersebut.
Populasi sasaran di rumuskan secara spesifik
seperi contoh di bawah ini:
1.
Mata kuliah ini di sediakan bagi peserta didik yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Terdaftar pada perguruan tinggi ini pada tahun
ajaran atau semester ini.
b. Telah lulus mata kuliah A.
2.
Pelajaran ini di susun bagi siswa kelas dua SMA yang
mempunya minat dalam kelompok bidang study A.
3. Kursus ini di sediakan bagi karyawan pemerinth
atau perusahaan suaasta yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai ijazah minimal sarjana muda dalam
bidang X atau setara;
b. Pernah mengikuti dan lulus dalam kursus ;
c. Menguasai bahasa inggris minimal secara pasif untuk
membaca dan mendengarkan kuliah dalam bahasa inggris.
Penentuan populasi sasaran separti contoh tersebut di atas akan dapat
membantu kelancaran penyelenggaraan instruksional.
Penentuan populasi ini biasanya di tetapkan oleh lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan, namun seorang pendisain instruksional masih perlu mencari
informasi lebih jauh tentang kemampuan populasi sasaran yang di makdsud dalam
menguasai setiap kompetensi dasar yang telah di rmuskan dalam analisis
instruksional. [2]
Ada tiga macam sumber yang dapat memberikan informasi kepada pendisain
instruksional yaitu:
1. Peserta didik atau calon peserta didik.
2. Orang-orang yang mengetahui kemampuan peserta
didik atu calon peserta didik dari dekat seperti guru atu atasannya.
3. Pengelola program pendidikan yang biasa
mengajarkan mata pelajaran tersebut.
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat di gunakan mengidentifikasi
kebutuhan instruksional. Pihak yang memberikan informasi di minta untu
mengidentifikasi seberapa jauh tingkat penguasan peserta didik atau calon
peserta didik dalam setiap kompetensi dasar melalui sekala penilaan (rating
scales). Tekinik yang dapat menghasilkan data yang lebih keras adalah tes
penampilan dan obserfasi terhadap pelaksanaan pekerjaan peserta didik serta tse
tertulis. Namun, bila tes seperti itu tidak dapat di lakukan karena di rasakan
kurang etismisalnya bagi peserta pelatihan yang sudah dewasa, kesulitan teknik
pelaksanaan, atau tidak mungkin di lakukan karena sebab yang lain, penggunaan
sekala penilaian saja sudah cukup memadai. Sekala penilaian tersebut di isi oleh
orang-orang yang tau secara dekat terhadap kemampuan peserta didik dalam dan
atau di isi oleh peserta didk sebagai self-report.
Berdasarkan masukan ini dapat di tetapkan titik Berangkat atau permulaan
atau pelajaran yang harus di berikan kepada peserta didik. titik berangat itu
adalah kompetensi dasar yang berada di atas kompetensi dasar yang telah di
kuasai peserta didik atau calon peserta didik. [3]
Informasi yang di peroleh oleh peserta didik, masyarakat, dan pendidik
tidak selalu sejalan. Pengetahuan dan keterampilan yang di rasakan telah cukup
di kuasai oleh peserta didik ada kalanya di nilai sebaliknya oleh sumber
informasi yang lain. Demikian pula, oengatahuan atau keterampilan yang di
anggap tidak penting dan tidak relefan oleh peserta didik mungkin di anggap
sebaliknya oleh pendidik. Dalam hal seperti itu, pengembang intruksional harus
lebih memusatkan perhatian pada infomasi yang diperoleh dari peserta didik,
data dari sumber lain tidak dapat diabaikan begitu saja.[4]
B. Karakteristik Awal Peserta Didik
Selain mengidentifikasi perilaku awal peserta didik, pendisain intruksional
perlu pula mengidentifikasi karakteristik peserta didik yang berhubungan dengan
keperluan proseses desain intruksional. Karakteristik awal adalah ciri peserta
didik sebelum mengikuti pembelajaran. Ciri tersebut diperkirakan dapat
memengaruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sehingga perlu
diperhitungkan dalam proses desain intruksional. Pengetahuan pendisain
intruksioanal tentang minat peserta didik pada umumnya, misalnya pada olahraga,
dapat dijadikan bahan dalam memberikan contoh pada saat menguraikan isi
pembelajaan. Demikian pula, pengetahuan pendisain instruksional tentang kurang
mampunya peserta didik dalam membaca bahasa inggris merupakan masukan untuk
memilih bahan-bahan pembelajaran yang tidak banyak menggunakan bahasa ingris.
Pendisain instruksional mungkin perlu menerjemahkan terlebih dahulu kedalam
bahasa indonesia.
Contoh lain, jika peserta didik senang dengan lelucon, pendisain
instruksional sebaiknya mempertimbangkan penggunaan lelucon dalam strategi
instruksionalnya. Bila peseta didik sebagian besar tidak mempunyai vidio di
rumah, pendisain instruksional tidak dapat membuat program vidio dan mewajibkan
untuk di pelajari peserta didik di rumah. Informasi di atas perlu di cari oleh
pendisain instruksional sehingga ia dapat mengembangkan instruksional yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik tersebut. Karakteristik peserta didik
berikut ini perlu di pertimbangkan dalam proses desain instruksional
1. Motivasi belajar, eksternal aatau internal,
sebagai dasar memilih strategi pemberian informasi kepada peserta ddidk.
2. Akses terhadap sumber belajar yang relavan
dengan materi pembelajaran, sebagai landasan untuk menentukan rujukan bahan
pembelajaran yang pierlu di pelajari.
3. Kebiasaan belajar mandiri dan disiplin dalam
menatur waktu belajar, untuk di jadikan bahan pertimbangan saat menugaskan
pekerjaan-pekerjaan rumah.
4. Akses terhadap seluruh komunikasi dan media
teknologi informasi, untuk dijadikan pertimbangan dalam penggunaan bimbingan
secara online.
5. Kebiasaan dan kemampuan belajar dan berpikir
tentang penerapan materi yang di pelajarinya dalam pekerjaan atau kehidupan
sehari-hari, sebagai landasan untuk merancang pemberian contoh-contoh praktis
sebagai bagian dari presentasi dan uraian.
6. Domoisili/tempat tinggal bila di ukur dengan
jarak tempuh ke pusat kegiatan belajar, untuk di pertimbangkan dan merancang
kegiatan belajar tambahan dalam lingkungan pendidikan.
Dalam pembelajaran tatap muka yang di selenggarakan secara klasikal, karakteristik
peserta didik selallu heterogen dan karenanya pengajar perlu mempertimbangkanya
dalam proses mendesain pembelajaran keheterogenan tersebut meliputi tingkat
penguasaan materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik.
Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal
peserta didik sama dengan teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi perilaku
awal, yaitu: kuisioner, interviu, observasi, dan tes.
Informasi yang dikumpulkan perlu dibatasi pada karakteristik peserta didik
yang berhubungan langsung dengan proses belajarnya sehingga ada manfaat
langsung dalam proses desain instruksional.[5]
C.
Latihan
Berikut ini adalah latihan mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal
peserta didik.
1. Kumpilkanlah data kompetensi dasar peserta didik
dari orang-orang dekat dan dapat meniali kemampuan populasi sasaran dengan
cara:
a.
Tulisalah kembali daftar kompetensi dasar yang telah
berhasil anda buat dalam kegiatan analisis intruksional.
b.
Atas dasar data dan informasi tersebut, buatlah skala
penilaian sebagai berikut:
No.
|
Kompetensi Dasar
|
Amat Baik
|
Baik
|
Cukup
|
Jelek
|
Amat Jelek
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
k
Ket:
Kolom 1 = Nomor Urut
Kolom 2 = Kompetensi dasar yang telah
dihasilkan dalam analisis instruksional.
Kolom 3 s.d 7 = Skala Penilaian
c.
Berilah petunjuk cara mengisi skala penilaian tersebut
dan perbanyak secukupnya.
d.
Berikan skala penilaian tersebut kepada orang-orang yang
dekat dan dapat menilai kemampuan populasi sasaran, seperti atasan langsung dan
guru mereka.
e.
Kumpulkan hasil isian tersebut.
2. Kumpulkan data perilaku awal peserta didik
dari sampel peserta didik.
a.
Tulislah kembali perilaku khusus yang telah berhasil anda
buat dalam analisis intruksional.
b.
Atas dasar perilaku khusu tersebut, butlah skala
penilaian dalam bentuk skala likert.
c.
Berilah pedoman cara mengisi skala penilaian tersebut dan
perbanyak secukupnya.
d.
Berikan skala penilaian tersebut kepada sejumlah peserta
didik yang dapat mewakili populasi sasaran.
e.
Kumpulkan hasil isian tersebut.
3. Kumpulkan data perilaku awal peserta didik dengan
menggunakan observasi dan tes. Dibandingkan dengan dua cara mengumpulkandat
perilaku peserta didik yang telah dikemukakan sebelumnya, observasi dan tes
adalah cara yang lebih mantap, karna dapat mengumpulkan data yang lebih keras.
4. Kumpulkanlah data karakteristik awal peserta
didik dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Buatlah daftar pertanyaanatau kuesioner
tentang karakteristik lain sebagai berikut:
1) Tempat kelahiran dan tempat dibesarkan.
2) Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi
keahlianya atau dicita-citakan untuk menjadi keahlianya.
3) Kesenangan
4) Bahasa sehari-hari dan bahasa asing yang
dikuasai
5) Alat-alat audio-visual yang dimiliki di rumah
atau biasa digunakan sehari-hari.
6) Dan lain-lain yang dianggap penting
pengembangan desain intruksional.
b. Berikanlah kuesioner tersebut kepada sejumlah
sampel yang dapat mewakili populasi sasran
c. Kumpulkan hasilnya.
5. Analisislah hasil pengumpulan data butir 1 dan
2 atau butir 3 saja untuk menentukan perilaku awal yang telah dikuasai populasi
sasaran.
6. Buatlah garis batas antara kedua kelompok
perilaku tersebut pada hasil analisis instruksional untuk mennjukkan dua hal
sebagai berikut:
a.
Perilaku-perilaku yang ada di bawah garis batas adalah
perilaku yang telah dikuasai oleh populasi sasaran sampai tingkat cukup dan
baik.
b.
Perilaku-perilaku yang ada diatas garis batas adalah
perilaku yang belum dikuasai oleh populasi sasaran atau baru dikasai sampai
tingkat sedang, kurang, dan buruk.
7. Susunlah urutan perilaku yang ada diatas garis
batas untuk dijadikan pedoman dalam menentukan urutan materi pelajaran.
8. Tafsirkanlah data tentang karakteristik
peserta didik untuk menggambarkan hal sebgai berikut:
a.
Lingkungan budaya;
b.
Pekerjaan atau bidang pengetahuan yang menjadi bidang
keahlian;
c.
Kesenangan ;
d.
Bahasa ang dikuasai;
e.
Alat audio-visual yang dimiliki atau yang biasa digunakan
sehari-hari;[6]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Langkah ketiga dalam MPI, yaitu mengidentifikasikan perilaku dan
karakteristk awal peserta didik , adalah mengguakan pendekatan menerima peserta
didik apa adanya dan menyusun sistem instruksional atas dasar keadaan peserta
didik tersebut. Karena itu, langkah ketiga MPI merupakan proses untuk
mengetahui kompetensi yang dikuasai peserta didik sebelum mengikuti mata
pelajaran, bukan untuk menentukan perilaku prasyarat dalam rangka menyeleksi
peserta didik sebelum mengikuti pelajaran. Konsekuensi yang digunakan oleh MPI
adalah: titik mulai suatu kegiatan instruksional tergantung pada perilaku awal
peserta didik.
Pengetahuan tentang karakteristik awal peserta didik sangat diperlukan
dalam menentukan strategi instruksional, khususnya metode instruksional, media
& alat, dan bantuan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern.
Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment