SUNAN AMPEL
1. Asal Usul Sunan
Ampel
Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Islam yang
melahirkan ulama-ulama besar seperti Imam Bukhari yang mashur sebagai pewaris
hadist shahih.
Disamarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh Jamalluddin
Jumadil Kubra, seorang Ahlussunnah bermazhab syafi’I, beliau mempunyai seorang
putera bernama Ibrahim, dan karena berasal dari samarqand maka Ibrahim kemudian
mendapatkan tambahan nama Samarqandi. Orang jawa sukar menyebutkan Samarqandi
maka mereka hanya menyebutnya sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi.
Syekh Ibrahim Asmarakandi ini diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh
Jamalluddin Jumadil Kubra untuk berdakwah ke negara-negara Asia.
Perintah inilah yang dilaksanakan dan kemudian beliau diambil menantu oleh Raja
Cempa, dijodohkan dengan puteri Raja Cempa yang bernama Dewi Candrawulan.
Negeri Cempa ini menurut sebagian ahli sejarah terletak di
Muangthai. Dari perkawinan dengan Dewi Candrawulan maka Syekh Ibrahim
Asmarakandi mendapat dua orang putera yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid
Ali Murtadho. Sedangkan adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati
diperisteri oleh Prabu Brawijaya Majapahit. Dengan demikian keduanya adalah
keponakan Ratu Majapahit dan tergolong putera bangsawan atau pangeran kerajaan.
Para pangeran atau bangsawan kerajaan pada waktu itu mendapat gelar Rahadian
yang artinya Tuanku, dalam proses selanjutnya sebutan ini cukup dipersingkat
dengan Raden.
Raja Majapahit sangat senang mendapat isteri
dari negeri Cempa yang wajahnya dan kepribadiannya sangat memikat hati.
Sehingga isteri-osteri yang lainnya diceraikan, banyak yang
diberikan kepada para adipatinya yang tersebar di seluruh Nusantara. Salah satu
contoh adalah isteri yang bernama Dewi Kian, seorang puteri Cina yang diberikan
kepada Adipati Ario Damar di Palembang.
Ketika Dewi Kian diceraikan dan diberikan kepada Ario Damar saat itu
sedang hamil tiga bulan. Ario Damar menggauli puteri Cina itu sampai si jabang
bayi terlahir kedunia. Bayi yang lahir dari Dewi Kian itulah yang nantunya
bernama Raden Hasan atau lebih dikenal dengan nama “ Raden Patah “, salah
satu seorang daru murid Sunan Ampel yang menjadi Raja di Demak Bintoro.
Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu
Hayam Wuruk mengalami kemunduran Drastis. Kerajaan terpecah belah karena
terjadinya perang saudara. Dan para adipati banyak yang tidak loyal
dengan keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu
Prabu Brawijaya Kertabumi.
Pajak dan upeti kerajaan tidak ada yang sampai ke istana Majapahit.
Lebih sering dinikmati oleh para adipati itu sendiri. Hal ini membuat sang
Prabu bersedih hati. Lebih-lebih lagi dengan adanya kebiasaan
buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pra
dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya sadar betul bila
kebiasaan semacam ini diteruskan negara/kerjaan akan menjadi lemah dan jika
kerajaan sudah kehilangan kekuasaan betapa mudahnya bagi musuh untuk
menghancurkan Majapahit Raya.
Ratu Dwarawati, yaitu isteri Prabu Brawijaya mengetahui kerisauan hati
suaminya. Dengan memberanikan diri dia mengajukan pendapat kepada
suaminya. Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam hal
mengatasi kemerosotan budi pekerti, kata Ratu Dwarawati.
Betulkah, tanya sang Prabu. Ya, namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putera
dari kanda Dewi Candrawulan di negeri Cempa. Bila kanda berkenan saya akan
meminta Ramanda Prabu di Cempa untuk mendatangkan Ali Rahmatullah ke Majapahit
ini.
Tentu
saja aku merasa senang bila Rama Prabu di Cempa Berkenan mengirimkan Sayyid Ali
Rahmatullah ini kata Prabu Brawijaya.
2. Ketanah Jawa
Maka
pada suatu ketika diberangkatkanlah utusan dari Majapahit ke negeri Cempa untuk
meminta Sayyid Ali Rahmatullah datang ke Majapahit. Kedatangan utusan tersebut
disambut gembira oleh Raja Cempa, dan Raja Cempa bersedia mengirim cucunya ke
Majapahit untuk meluaskan pengalaman.
Keberangkatan Sayyid Ali Rahmatullah ke tanah Jawa tidak
sendirian. Ia ditemani oleh ayah dan kakaknya. Sebagaimana disebutkan diatas,
ayah Sayyid Ali Rahmatullah adalah Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi dan
kakaknya bernama Sayyid Ali Murtadho. Diduga tidak langsung ke Majapahit,
melainkan terlebih dahulu ke Tuban. Di Tuban tepatnya di desa Gesikharjo, Syekh
Maulana Ibrahim Asmarakandi jatuh sakit dan meninggak dunia, beliau dimakamkan
di desa tersebut yang masih termasuk kecamatan Palang Kabupaten Tuban.
Sayyid Murtadho kemudian meneruskan perjalanan, beliau berdakwah
keliling daerah Nusa Tenggara, Madura dan sampai ke Bima. Disana beliau
mendapat sebutan raja Pandita Bima, dan akhirnya berdakwah di Gresik mendapat
sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik, Sayyid Ali
Rahmatullah meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya sesuai
permintaan Ratu Dwarawati.
Kapal
layar yang ditumpanginya mendarat dipelabuhan Canggu. Kedatangannya disambut
dengan suka cita oleh Prabu Brawijaya. Ratu Dwarawati bibinya sendiri
memeluknya erat-erat seolah-olah sedang memeluk kakak perempuannya yang di negeri
Cempa. Karena wajah Sayyid Ali Rahmatullah memang sangat mirip dengan kakak
perempuannya.
Nanda Rahmatullah, bersediakah engkau memberikan pelajaran atau mendidik
kaum bangsawan dan rakyat Majapahit agar mempunyai budi pekerti mulia!! Tanya
sang Prabu kepada Sayyid Ali Rahmatullah setelah beristirahat melepas lelah.
Dengan sikapnya yang sopan santun tutur kata yang halus Sayyid Ali Rahmatullah
menjawab. Dengan senang hati Gusti Prabu, saya akan berusaha sekuat-kuatnya
untuk mencurahkan kemampuan saya mendidik mereka.
Bagus!
Sahut sang Prabu. “Bila demikian kau akan kuberi hadiah sebidang tanah berikut
bangunannya di Surabaya. Disanalah kau akan mendidik para bangsawan dan
pangeran Majapahit agar berbudi pekerti mulia.”
“Terima
kasih saya haturkan Gusti Prabu”, Jawab Sayyid Ali Rahmatullah. Disebutkan
dalam literatur bahwa selanjutnya Sayyid Ali Rahmatullah menetap beberapa hari
di istana Majapahit dan dijodohkan dengan salah satu puteri Majapahit yang
bernama Dewi Candrowati atau Nyai Ageng Manila. Dengan demikian Sayyid Ali
Rahmtullah adalah salah seorang Pangeran Majapahit, karena dia adalah menantu
Raja Majapahit.
Semenjak Sayyid Ali Rahmatullah diambil menantu Raja Brawijaya maka
beliau adalah anggota keluarga kerajaan Majapahit atau salah seorang pangeran,
para pangeran pada jaman dahulu ditandai dengan nama depan Rahadian atau Raden
yang berati Tuanku. Selanjutnya beliau lebih dikenal dengan sebutan Raden
Rahmat.
3. Ampeldenta
Selanjutnya, pada hari yang telah ditentukan berangkatlah rombongan
Raden Rahmat ke sebuah daerah di Surabaya yang kemudian disebut dengan
Ampeldenta.
Rombongan itu melalui desa Krian, Wonokromo terus memasuki
Kembangkuning. Selama dalam perjalanan beliau juga berdakwah kepada penduduk
setempat yang dilaluinya. Dakwah yang pertama kali dilakukannya cukup unik.
Beliau membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan
tertentu dan anyaman rotan. Kipas-kipas ini dibagikan kepada penduduk setempat
secara gratis. Para penduduk hanya cukup menukarkannya dengan kalimah syahadat.
Penduduk yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Terlebih setelah
mereka mengetahui kipas itu bukan sembarang kipas, akar yang dianyam bersama
rotan itu ternyata berdaya penyembuh bagi mereka yang terkena penyakit batuk
dan demam. Dengan cara itu semakin banyak orang yang berdatangan kepada Raden
Rahmat. Pada saat demikianlah ia memperkenalkan keindahan agama Islam sesuai
tingkat pemahaman mereka.
Cara itu terus dilakukan sehingga rombongan memasuki desa kembang
kuning. Pada saat itu kawasan desa kembang kuning belum seluas sekarang ini.
Disana sini masih banyak hutan dan digenangi air atau rawa-rawa. Dengan
karomahnya Raden Rahmat bersama rombongan membuka hutan dan mendirikan tempat
sembahyang sederhana atau langgar. Tempat sembahyang itu sekarang dirubah
menjadi mesjid yang cukup besar dan bagus dinamakan sesuai dengan nama Raden
Rahmat yaitu Mesjid Rahmat Kembang Kuning.
Ditempat itu pula Raden Rahmat bertemu dan berkenalan dengan dua tokoh
masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning. Kedua tokoh masyarakat itu
bersama keluarganya masuk Islam dan menjadi pengikut Raden Rahmat.
Dengan adanya kedua tokoh masyarakat itu maka semakin mudah bagi Raden
Rahmat untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat sekitarnya. Terutama
kepada masyarakat yang masih memegang teguh adat kepercayaan lama. Beliau tidak
langsung melarang mereka, melainkan memberikan pengertian sedikit demi sedikit
tentang pentingnya ajaran ketauhidan. Jika mereka sudah mengenal tauhid atau
keimanan kepada Tuhan Pencipta Alam, maka secara otomatis mereka akan
meninggalkan sendiri kepecayaan lama yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Setelah sampai ditempat tujuan, pertama kali yang dilakukannya adalah
membangun mesjid sebagai pusat kegiatan ibadah. Ini meneladani apa yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW saat pertama kali sampai di Madinah.
Dan karena menetap di desa Ampeldenta, menjadi penguasa daerah tersebut
maka kemudian beliau dikenal sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata
Susuhunan yang artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat.
Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar
atau orang yang berilmu tinggi.
Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran
Majapahit serta siapa saja yang mau datang berguru kepada beliau.
4. Ajarannya yang terkenal
Hasil didikan mereka yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak
mau melakukan lima hal tercela yaitu :
1. Moh
Main atau tidak mau berjudi
2. Moh
Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan
3. Moh
Maling atau tidak mau mencuri
4. Moh
Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
5. Moh
Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan isterinya.
Prabu Brawijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja
menganggap agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti yang mulia, maka ketika
Raden Rahmat kemudian mengumumkan ajarannya adalah agama Islam maka Prabu
Brawijaya tidak marah, hanya saja ketika dia diajak untuk memeluk agama Islam
ia tidak mau. Ia ingin menjadi raja Budha yang terakhir di Majapahit.
Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya
bahkan diseluruh wilayah Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh
dipaksa, Raden Rahmat pun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan dalam
beragama.
5. Sesepuh Wali Songo
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat
sebagai sesepuh Wali Songo, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam se-Tanah
Jawa. Beberapa murid dan putera Sunan Ampel sendiri menjadi anggota Wali Songo,
mereka adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan
Muria, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.
Raden Patah atau Sunan Kota memang pernah menjadi anggota Wali Songo
menggantikan kedudukan salah seorang wali yang meninggal dunia. Dengan
diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali lain tunduk patuh kepada
kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan peperangan dengan pihak
Majapahit.
Para wali yang lebih muda menginginkan agar tahta Majapahit direbut
dalam tempo secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel berpendapat bahwa masalah
tahta Majapahit tidak perlu diserang secara langsung, karena kerajaan besar itu
sesungguhnya sudah keropos dari dalam, tak usah diserang oleh Demak Bintoro
sebenarnya Majapahit akan segera runtuh. Para wali yang lebih muda menganggap
Sunan Ampel terlalu lamban dalam memberikan nasehat kepada Raden Patah.
“Mengapa Ramanda berpendapat demikian?” tanya Raden Patah yang juga
adalah menantunya sendiri. “Krena aku tidak ingin di kemudian hari ada orang
menuduh Raja Demak Bintoro yang masih putera Raja Majapahit Prabu Kertabumi
telah berlaku durhaka, yaitu berani menyerang ayahandanya sendiri”. Jawab Sunan
Ampel dengan tenang. “
“Kau harus sabar menunggu sembari menyusun kekuatan”, ujar Sunan Ampel.
“Tak lama lagi Majapahit akan runtuh dari dalam, diserang Adipati lain. Pada
saat itulah kau berhak merebut hak warismu selaku putera Prabu Kertabumi”.
“Majapahit
diserang adipati lain? Apakah saya tidak berkwajiban membelanya?”
“Inilah
ketentuan Tuhan”,sahut Sunan Ampel. Waktu kejadiannya masih dirahasiakan. Aku
sendiri tidak tahu persis kapankah persitiwa itu akan berlangsung. Yang jelas
bukan kau adipati yang menyerang Majapahit itu. Sunan Ampel adalah penasehat
Politik Demak Bintoro sekaligus merangkap Pemimpin Wali Songo atau Mufti Agama
se-Tanah Jawa. Maka fatwa nya dipatuhi semua orang.
Kekhawatiran Sunan Ampel pun terbukti. Dikemudian hari ternyata
orang-orang pembenci Islam memutar balikkan fakta sejarah, mereka menuliskan
bahwa Majapahit jatuh diserang oleh kerajaan Demak Bintoro yang rajanya adalah
putera raja Majaphit sendiri. Dengan demikian Raden Patah dianggap sebagai anak
durhaka. Ini dapat anda lihat didalam serat darmo gandul maupun sejarah yang
ditulis sarjana kristen pembenci Islam.
Raden Patah dan para wali lainnya akhirnya tunduk patuh pada fatwa Sunan
Ampel. Tibalah saatnya Sunan Ampel Wafat pada tahun 1478 M. Sunan Kalijaga
diangkat sebagai penasehat bagian politik Demak, Sunan Giri diangkat sebagai
pengganti Sunan Ampel sebagai Mufti, pemimpin para wali dan pemimpn agama
se-Tanah Jawa.setelah Sunan Giri diangkat sebagai Mufti sikapnya terhadap
Majapahit sekarang berubah. Ia mneyetujui aliran tuban untuk memberi fatwa
kepada Raden Patah agar menyerang Majapahit.
Karena pada tahun 1478 kerjaan Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya
atau Girindrawardhana dari kadipaten kediri atau keling. Dengan demikian sudah
tepatlah jika Sunan Giri meneyetujui penyerangan Demak atas Majapahit. Sebab
pewaris sah tahta kerajaan Majapahit adalah Raden Patah selaku putera Raja
Majapahit yang terakhir.
Demak kemudian bersiap-siap menyusun kekuatan. Namun belum lagi serangan
dilancarkan. Prabu Wijaya keburu tewas diserang oleh Prabu Udara pada tahun
1498.
Pada tahun 1512, Prabu Udara selaku Raja Majapahit merasa terancam
kedudukannya karena melihat kedudukan Demak yang didukung Giri Kedaton semakin
kuat dan mapan. Prabu udara kuatir jika terjadi peperangan akan menderita
kekalahan, maka dia minta bekerjasama dan minta bantuan Portugis di Malaka.
Padahal putera mahkota Demak yaitu Pati Unus pada tahun1511 telah menyerang
Protugis.
Sejarah telah mencatat bahwa Prabu Udara telah mengirim utusan ke Malaka
untu menemui Alfinso d’Albuquerque untuk menyerahkan hadiah berupa 20 genta
(ggamelan), sepotong kain panjang bernama “Beirami” tenunan kambayat, 13 batang
lembing yang ujungnya berbesi dan sebagainya. Maka tidak salah jika pada tahun
1517 Demak menyerang Prabu Udara yang merampas tahta majapahit secara sah.
Dengan demikian jatuhlah Majapahit ke tangan Demak. Seandainya Demak tidak
segera menyerang Majapahit tentunya bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa
jauh lebih cepat daripada Bangsa Belanda. Setelah Majapahit jatuh pusaka
kerajaan diboyong ke Demak Bintoro. Termasuk mahkota rajanya. Raden Patah diangkat
sebagai raja Demak yang pertama.
Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Mesjid Agung Demak yang
didirikan pada tahun 1477 M. Salah satu diantara empat tiang utama mesjid Demak
hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang membuatnya yaitu Sunan
Ampel.
Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan arab
berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegin ini beliau dapat menyampaikan
ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap
diapaki sebagai bahan pelajaran agama Islam dikalangan pesantren.
KERAJAAN MALAKA
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka
yang semakin ramai telah membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian
masyarakat islam di Malaka. Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar
paling penting di Asia Tenggara. Karena pada saat ituKerajaan
Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran islam. Dalam
perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin banyak sehingga kemudian
muncul sebagai kerajaan besar.
A.
Letak
Kerajaan Malaka
Letak
Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka.
B.
Sumber
Sejarah
Sumber
sejarah yang mengatakan adanya Kerajaan Malaka antara lain :
1.
Sulalatus
Salatin
Mengatakan bahwa
kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singpura,
kemudian serangan Jawa dan Siam menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke
Malaka.
2.
Kronik
Dinasti Ming
Mencatat Parameswara sebagai
pendiri Malaka mengunjungi Kisar Tongle di Nanjing pada tahun 1405
dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang
diberikan, Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka,
kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina.
Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari
kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina
mengabarkan penguasa Ayutthaya akan
hubungannya dengan Malaka. Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan
Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian
Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan
juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.
3.
Laporan
dari kunjungan Laksamana Cheng Ho (1409)
4.
Pararaton
Disebutkan terdapat
nama tokoh yang mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara sebagai
suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita.
C.
Kehidupan Politik
Dalam
menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut
paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang
dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan
melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk
menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu
itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian
menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut
dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang
putri Majapahit. Sultan-sultan
yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan
politik bertetangga baik tersebut
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1. Iskandar
Syah (1396-1414 M)
Pada
abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang mengakibatkan
Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari daerah
Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya sampai ke
Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka
Secara
geografis, posisi Kp. Malaka sangat strategis, yaitu di Selat Malaka,
sehingga banyak dikunjungi para pedagang dari berbagai Negara terutama para
pedagang Islam, sehigga kehidupan perekonomian Kp. Malaka berkembang pesat,
Untuk
meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora menganut agama
Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian menjadikan Kp. Malaka
menjadi Kerajaan Islam.
Untuk
menjaga keamanan Kerajaan Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar
China dengan menyatakan takluk kepadanya (1405 M).
2. Muhammad
Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan
putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung
Malaya.
Untuk
menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera
Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan,
maka dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri
Kerajaan Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.
3. Mudzafat
Syah (1424-1458 M)
Setelah
berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik tahta dengan
gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang pertama
bergelar Sultan).
Pada
masa pemerintahannya, terjadi serangan dari Kerajaan Siam (serangan dari darat
dan laut), namun dapat digagalkan.
Mengadakan
perluasan wilayah ke daerah-daerah yang berada di sekitar Kerajaan Malaka
seperti Pahang, Indragiri dan Kampar.
4. Sultan
Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan
putra dari Sultan Mudzafat Syah.
Pada
masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat
perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Puncak
kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik ayahnya dengan
memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya maupun di wilayah
Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam tewas
dalam pertempuran , tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan dengan putri
sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim. Indragiri
mengakui kekuasaan Malaka.
Kerajaan
Samudera Pasai, Jambi dan Palembang tidak serang karena menghormati Majapahit
yang berkuasa pada waktu itu, selain itu Kerajaan Aru juga tetap sebagai
kerajaan merdeka.
Kejayaan
Kerajaan Malaka tidak lepas dari jasa Laksamana Hang Tuah yang
kebesarannya disamakan dengan kebesaran Patih Gajah Mada dari Kerajaan
Mahapahit. Cerita Hang Tuah ditulis dalam sebuah Hikayat, Hikayat Hang Tuah.
5. Sultan
Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan
Mansyur Syah
Pada
masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu
wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan
oleh karena Sultan Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
6. Sultan
Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan
Alaudin Syah
Pada
masa pemerintahannya, Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah,
wilayah kekuasaannya meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini
menambah suram kondisi Kerajaan Malaka.
Pada
tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan Alfonso
d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka pun
jatuh ke tangan Portugis.
D. Kehidupan Sosial – Budaya
Pada
kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami perkembangan yang
pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan tokoh-tokoh
kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir
dan Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan
kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan
alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia
maritim, hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka
cenderung mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok masyarakat pun
bermunculan, seperti adanya golongan buruh dan majikan.
E. Kehidupan Ekonomi
Malaka
memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan keluar, yang
banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun
pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang
dapat menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu
hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut yang
berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk
mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun)
dijadikan sebagai bahasa perantara.
No comments:
Post a Comment